Bukan tanpa alasan “Sejarah” dijadikan sebagai mata pelajaran dan diajarkan sejak di bangku sekolah dasar. Siapapun tidak akan mau belajar sejarah jika dirasa tidak ada gunanya. Kenyataan bahwa di sepanjang waktu dan di setiap peradaban selalu saja ada orang-orang yang menulis sejarah, menjadi satu bukti bahwa sejarah itu perlu!
Sejarah dalam Pandangan Tokoh dan Bangsa
The Examplar Theory of History, teori itulah yang dikenal sejak jaman Sokrates dan Herodotus (484 – 425 SM) serta Thucydides (456 – 396). Teori yang berpendapat bahwa sejarah adalah teladan bagi kehidupan manusia, karena sejarah mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang bisa dijadikan pedoman bagi kehidupan manusia.
Teori tersebut juga sejalan dengan filosofi bangsa China yang menjadikan tradisi penulisan sejarah sebagai bagian yang tidak tepisahkan dari para Raja dan Dinasti yang memegang tampuk pemerintahan. Sehingga siapapun yang menjadi raja, dia seolah memiliki kewajiban muntuk menuliskan sejarah perjalanannya sebagai raja berikut dinasti yang dia gantikan. Sedang bangsa Romawi Kuna, mengungkapkan arti pentingnya sejarah dalam bentuk adagium, yang berbunyi: historia vitae magistra, yang memiliki arti “Sejarah merupakan guru bagi Kehidupan”.
Pandangan Tokoh Sejarah :
Kong Fu Tse
Tidak berbeda halnya dengan yang dikatakan Kong Fu-Tse, “Sejarah mendidik kita untuk senantiasa bertindak dan perperilaku dengan bijaksana”. Itu sebabnya Prof. Wertheim mengatakan, “History is a continuity and Change”, karena keberadaan sejarah dapat memberikan kesadaran waktu yakni kesadaran bahwa kehidupan akan senantiasa mengalami pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan, seiring dengan berjalannya waktu.
Ir. SuekarnoSebuah pandangan berbeda tentang sejarah disampaikan Ir. Soekarno, yang kalimatnya pasti sudah akrab di telinga kita, yakni “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawan”, serta satu ungkapan lagi, “Jasmerah, yang artinya – Jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Apa yang disampaikan Pandangan presiden pertama Indonesia tentang sejarah tersebut selain untuk membangkitkan semangat nasionalisme, juga memanfaatkan fungsi dari sejarah sebagaimana yang diungkapkan Arnold Toynbee, yakni “To study history is to built history”, atau “belajar tentang sejarah untuk membangun sejarah”.
Fungsi SejarahSeperti halnya ilmu pengetahuan yang lain, manfaat belajar memiliki fungsi dari waktu ke waktu yang senantiasa mengalami perubahan. Adapun manfaat belajar sejarah menurut Prof. Dr. Kuntowijoyo terbagi menjadi dua, yaitu fungsi unsur intrinsik dan fungsi ekstrinsik. Berikut penjelasannya :
- Unsur Intrinsik :
- Unsur ekstrinsik :
- Sejarah sebagai Ilmu – Sebagai ilmu yang terbuka, siapapun dapat menulis sejarah dan siapapun dapat menjadi seorang sejarawan, selama hasil penulisannya tentang sejarah dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
- Sejarah sebagai cara mengetahui masa yang telah lampau – Manfaat Belajar sejarah, membuat kita mengetahui masa lampau. Hal ini dapat dilakukan jika bangsa atau masyarakat yang menjadi objek penelitian tersebut telah mengenal tulisan. Jika masih belum mengenal tulisan, maka untuk mengetahui masa lampau mereka dilakukan lewat mitos.
- Sejarah sebagai pernyataan pendapat – Banyak penulis sejarah, utamanya di Negara-negara maju seperti Amerika, menggunakan ilmu sejarah yang dikuasainya untuk menuliskan sejarah yang diwarnai dengan pendapat mereka.
- Sejarah sebagai profesi – Di Indonesia, juga di Negara-begara beerkembang lainnya yang sedang berkembang termasuk Indonesia, banyak lulusan perguruan tinggi dari jurusan sejarah yang bekerja tidak sesuai dengan bidangnya, namun tidak sedikit yang menjadikan kemampuannya dalam menguasai sejarah untuk dijadikan sebagai profesi, baik sebagai guru, dosen, peneliti, atau menulis buku-buku tentang sejarah.
Advertisement
Sejarah selalu menyertai perjalanan sebuah bangsa, meski pada kenyataannya hanya sebagian kecil saja dari orang-orang yang menjadi bagian dari bangsa tersebut yang memahami perjalanan sejarah dari bangsanya. Kenyataan inilah yang menjadi persoalan dihampir semua Negara termasuk Indonesia, yakni banyaknya masyarakat yang kurang memahami sejarah bangsa. Akibatnya, rasa nasionalisme sedikit demi sedikit terkikis, sehingga muncul ketidakpedulian terhadap nasib bangsanya sendiri dan cenderung memikirkan nasib dirinya sendiri.Bukan tanpa alasan “Sejarah” dijadikan sebagai mata pelajaran dan diajarkan sejak di bangku sekolah dasar. Siapapun tidak akan mau belajar sejarah jika dirasa tidak ada gunanya. Kenyataan bahwa di sepanjang waktu dan di setiap peradaban selalu saja ada orang-orang yang menulis sejarah, menjadi satu bukti bahwa sejarah itu perlu!
Sejarah dalam Pandangan Tokoh dan Bangsa
The Examplar Theory of History, teori itulah yang dikenal sejak jaman Sokrates dan Herodotus (484 – 425 SM) serta Thucydides (456 – 396). Teori yang berpendapat bahwa sejarah adalah teladan bagi kehidupan manusia, karena sejarah mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang bisa dijadikan pedoman bagi kehidupan manusia.
Teori tersebut juga sejalan dengan filosofi bangsa China yang menjadikan tradisi penulisan sejarah sebagai bagian yang tidak tepisahkan dari para Raja dan Dinasti yang memegang tampuk pemerintahan. Sehingga siapapun yang menjadi raja, dia seolah memiliki kewajiban muntuk menuliskan sejarah perjalanannya sebagai raja berikut dinasti yang dia gantikan. Sedang bangsa Romawi Kuna, mengungkapkan arti pentingnya sejarah dalam bentuk adagium, yang berbunyi: historia vitae magistra, yang memiliki arti “Sejarah merupakan guru bagi Kehidupan”.
Pandangan Tokoh Sejarah :
Kong Fu Tse
Tidak berbeda halnya dengan yang dikatakan Kong Fu-Tse, “Sejarah mendidik kita untuk senantiasa bertindak dan perperilaku dengan bijaksana”. Itu sebabnya Prof. Wertheim mengatakan, “History is a continuity and Change”, karena keberadaan sejarah dapat memberikan kesadaran waktu yakni kesadaran bahwa kehidupan akan senantiasa mengalami pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan, seiring dengan berjalannya waktu.
Ir. SuekarnoSebuah pandangan berbeda tentang sejarah disampaikan Ir. Soekarno, yang kalimatnya pasti sudah akrab di telinga kita, yakni “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawan”, serta satu ungkapan lagi, “Jasmerah, yang artinya – Jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Apa yang disampaikan Pandangan presiden pertama Indonesia tentang sejarah tersebut selain untuk membangkitkan semangat nasionalisme, juga memanfaatkan fungsi dari sejarah sebagaimana yang diungkapkan Arnold Toynbee, yakni “To study history is to built history”, atau “belajar tentang sejarah untuk membangun sejarah”.
Fungsi SejarahSeperti halnya ilmu pengetahuan yang lain, manfaat belajar memiliki fungsi dari waktu ke waktu yang senantiasa mengalami perubahan. Adapun manfaat belajar sejarah menurut Prof. Dr. Kuntowijoyo terbagi menjadi dua, yaitu fungsi unsur intrinsik dan fungsi ekstrinsik. Berikut penjelasannya :
- Sejarah sebagai Ilmu – Sebagai ilmu yang terbuka, siapapun dapat menulis sejarah dan siapapun dapat menjadi seorang sejarawan, selama hasil penulisannya tentang sejarah dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
- Sejarah sebagai cara mengetahui masa yang telah lampau – Manfaat Belajar sejarah, membuat kita mengetahui masa lampau. Hal ini dapat dilakukan jika bangsa atau masyarakat yang menjadi objek penelitian tersebut telah mengenal tulisan. Jika masih belum mengenal tulisan, maka untuk mengetahui masa lampau mereka dilakukan lewat mitos.
- Sejarah sebagai pernyataan pendapat – Banyak penulis sejarah, utamanya di Negara-negara maju seperti Amerika, menggunakan ilmu sejarah yang dikuasainya untuk menuliskan sejarah yang diwarnai dengan pendapat mereka.
- Sejarah sebagai profesi – Di Indonesia, juga di Negara-begara beerkembang lainnya yang sedang berkembang termasuk Indonesia, banyak lulusan perguruan tinggi dari jurusan sejarah yang bekerja tidak sesuai dengan bidangnya, namun tidak sedikit yang menjadikan kemampuannya dalam menguasai sejarah untuk dijadikan sebagai profesi, baik sebagai guru, dosen, peneliti, atau menulis buku-buku tentang sejarah.
Advertisement
Sejarah selalu menyertai perjalanan sebuah bangsa, meski pada kenyataannya hanya sebagian kecil saja dari orang-orang yang menjadi bagian dari bangsa tersebut yang memahami perjalanan sejarah dari bangsanya. Kenyataan inilah yang menjadi persoalan dihampir semua Negara termasuk Indonesia, yakni banyaknya masyarakat yang kurang memahami sejarah bangsa. Akibatnya, rasa nasionalisme sedikit demi sedikit terkikis, sehingga muncul ketidakpedulian terhadap nasib bangsanya sendiri dan cenderung memikirkan nasib dirinya sendiri.Bukan tanpa alasan “Sejarah” dijadikan sebagai mata pelajaran dan diajarkan sejak di bangku sekolah dasar. Siapapun tidak akan mau belajar sejarah jika dirasa tidak ada gunanya. Kenyataan bahwa di sepanjang waktu dan di setiap peradaban selalu saja ada orang-orang yang menulis sejarah, menjadi satu bukti bahwa sejarah itu perlu!
Sejarah dalam Pandangan Tokoh dan Bangsa
The Examplar Theory of History, teori itulah yang dikenal sejak jaman Sokrates dan Herodotus (484 – 425 SM) serta Thucydides (456 – 396). Teori yang berpendapat bahwa sejarah adalah teladan bagi kehidupan manusia, karena sejarah mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang bisa dijadikan pedoman bagi kehidupan manusia.
Teori tersebut juga sejalan dengan filosofi bangsa China yang menjadikan tradisi penulisan sejarah sebagai bagian yang tidak tepisahkan dari para Raja dan Dinasti yang memegang tampuk pemerintahan. Sehingga siapapun yang menjadi raja, dia seolah memiliki kewajiban muntuk menuliskan sejarah perjalanannya sebagai raja berikut dinasti yang dia gantikan. Sedang bangsa Romawi Kuna, mengungkapkan arti pentingnya sejarah dalam bentuk adagium, yang berbunyi: historia vitae magistra, yang memiliki arti “Sejarah merupakan guru bagi Kehidupan”.
Pandangan Tokoh Sejarah :
Kong Fu Tse
Tidak berbeda halnya dengan yang dikatakan Kong Fu-Tse, “Sejarah mendidik kita untuk senantiasa bertindak dan perperilaku dengan bijaksana”. Itu sebabnya Prof. Wertheim mengatakan, “History is a continuity and Change”, karena keberadaan sejarah dapat memberikan kesadaran waktu yakni kesadaran bahwa kehidupan akan senantiasa mengalami pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan, seiring dengan berjalannya waktu.
Ir. SuekarnoSebuah pandangan berbeda tentang sejarah disampaikan Ir. Soekarno, yang kalimatnya pasti sudah akrab di telinga kita, yakni “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawan”, serta satu ungkapan lagi, “Jasmerah, yang artinya – Jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Apa yang disampaikan Pandangan presiden pertama Indonesia tentang sejarah tersebut selain untuk membangkitkan semangat nasionalisme, juga memanfaatkan fungsi dari sejarah sebagaimana yang diungkapkan Arnold Toynbee, yakni “To study history is to built history”, atau “belajar tentang sejarah untuk membangun sejarah”.
Fungsi SejarahSeperti halnya ilmu pengetahuan yang lain, manfaat belajar memiliki fungsi dari waktu ke waktu yang senantiasa mengalami perubahan. Adapun manfaat belajar sejarah menurut Prof. Dr. Kuntowijoyo terbagi menjadi dua, yaitu fungsi unsur intrinsik dan fungsi ekstrinsik. Berikut penjelasannya :
- Sejarah sebagai Ilmu – Sebagai ilmu yang terbuka, siapapun dapat menulis sejarah dan siapapun dapat menjadi seorang sejarawan, selama hasil penulisannya tentang sejarah dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
- Sejarah sebagai cara mengetahui masa yang telah lampau – Manfaat Belajar sejarah, membuat kita mengetahui masa lampau. Hal ini dapat dilakukan jika bangsa atau masyarakat yang menjadi objek penelitian tersebut telah mengenal tulisan. Jika masih belum mengenal tulisan, maka untuk mengetahui masa lampau mereka dilakukan lewat mitos.
- Sejarah sebagai pernyataan pendapat – Banyak penulis sejarah, utamanya di Negara-negara maju seperti Amerika, menggunakan ilmu sejarah yang dikuasainya untuk menuliskan sejarah yang diwarnai dengan pendapat mereka.
- Sejarah sebagai profesi – Di Indonesia, juga di Negara-begara beerkembang lainnya yang sedang berkembang termasuk Indonesia, banyak lulusan perguruan tinggi dari jurusan sejarah yang bekerja tidak sesuai dengan bidangnya, namun tidak sedikit yang menjadikan kemampuannya dalam menguasai sejarah untuk dijadikan sebagai profesi, baik sebagai guru, dosen, peneliti, atau menulis buku-buku tentang sejarah.