Tahun 1991 dia ☝ menginjakkan kaki di Afghanistan, negeri yg berkecamuk perang saudara yg berkepanjangan, tanah dan negara yg pernah makmur itu menjadi lumpur peperangan dan campur tangan Rusia serta Amerika, mereka dagang senjata disana. Afghanistan dapat apa?, Kelaparan dan kemiskinan, itu hasil nyatanya.
Nakamura, pria kurus, dr dari Jepang turun kesana utk tugas kemanusiaan, dia membangun 3 klinik disana, tapi akhirnya dia berpikir, 1000 dr pun tak akan ada gunanya karena akar masalahnya adalah soal kelaparan dan kemiskinan.
Akhirnya dia putuskan membangun kanal sepanjang 27 km selama 16 thn, mengairi 16.000 Ha lahan tandus, menghidupi 600.000 kepala, dan berencana menambah 8 kanal yg sama, tapi cita-citanya terhenti karena sebutir peluru bersarang di tubuhnya pada 4 Desember 2019. Dia tewas di atas tanah tandus yg disuburkannya, darahnya membasahi lahan subur hasil keringatnya. Hilang harapan 4,2 jt manusia yg akan mendapat aliran air utk lahan tandusnya, Nakamura berpulang dalam kedamaian.
Afghanistan, negara yg pernah gemah ripah, rusak karena perang saudara yg panjang. Nakamura berpikir beda, dia mau rakyat Afghanistan bahagia dan perutnya tak lapar berkerut, tapi politik itu beda, dia bisa hidup dimana saja. Politik hidup diatas kemiskinan, diatas kelaparan, diatas kemewahan, diatas semua penderitaan, dst.
Afghanistan, Siria, Libya, Irak, semua diporak porandakan, seolah Tuhan enggan hadir ditengah kesulitan dan kelaparan. Namun sejatinya ketidakhadiranNya, karena ulah kita juga. Jadi jangan bicara soal agama, kalau ketololan yg dipiara, Tuhan enggan hadir ditengah kebodohan yg diciptakan, karena Dia telah memberi Iqra' sebagai jalannya, kita malah memilih isrof dalam urusan dunia.
Afghanistan contoh nyata menyuburkan politik perang saudara, sekarang mereka dapat apa, bahkan negara saja mereka nyaris tak punya. Terus Indonesia apa mau nyusul kesana. Tak akan lama kita bakal menyusul mereka kalau kita terus ribut soal agama, natal disoal, gereja dirazia, pura di hina, vihara dijadikan bara, patung di pentung, sementara masjid cuma keras suaranya, tapi makin jauh manfaatnya, karena yg shalat hanya ritual, jauh dari spiritual.
Tetsu Nakamura, semoga damai disana, aku tak bisa mengantarmu ke surga karena kuncinya di pegang oleh orang yg mengaku menyimpannya, tapi aku yakin kunci induknya ada pada yg empunya, dan engkau pasti di sambutnya, karena engkaulah seorang Nakamura yg menjadi khalifahnya, bukan orang yg mengaku-ngaku, tapi tak laku.
(*)