Gambar Ismewa |
Mereka meyakini opini K.H Fahmi Asya, yang menurutnya terdapat setidaknya 3 fakta yang mendukung opininya, yakni:
1. Relief candi menggambarkan manusia, hewan, dan tumbuhan. Relief itu lazim dibuat pada zaman Nabi Sulaiman
2. Relief candi menggambarkan keahlian Nabi Sulaiman yang bisa berkomunikasi dengan seluruh makhluk hidup di dunia
3. Ukuran candi yang begitu besar diyakini dibangun oleh bangsa jin. Cara seperti itu lazim dilakukan oleh Nabi Sulaiman
Merujuk pada poin 1-3, apabila kita belajar sejarah dengan benar, maka kita bisa counter argumen itu dengan mudah.
Counter Poin 1:
Seni relief sudah ada sejak tahun 3500 SM di Mesir, jauh sebelum era Raja Solomon. Sejak saat itu, seni relief menyebar ke Mesopotamia, Yunani, dan India. Bangsa Nusantara mulai mengenal seni relief sejak mengadopsi budaya India sekitar abad ke-2 hingga ke-4 Masehi.
Counter Poin 2:
Borobudur adalah candi Buddha yang dibangun oleh Dinasti Syailendra pada abad ke-8 Masehi. Reliefnya menggambarkan kisah hidup seorang calon Buddha yang memiliki cinta kasih tanpa batas kepada seluruh makhluk hidup, yang juga bisa berkomunikasi dengan alam semesta.
Counter Poin 3:
Borobudur dibangun selama 100 tahun, yang logikanya tidak mungkin dilakukan oleh bangsa jin. Bangsa Nusantara membangun Borobudur dengan teknik yang disebut sebagai "Geometri Fraktal" oleh seorang ahli matematika Perancis, Benoit Mandelbrot pada tahun 1975.
Demikianlah, sejarah membuktikan bahwa bangsa Nusantara pernah mencapai titik tertinggi kejayaan peradabannya pada abad ke-8 Masehi saat pembangunan Borobudur.
Saat itu, di Sumatera berkuasa kedatuan Sriwijaya, yang menjadi pusat pendidikan umat Buddha dari seluruh dunia. Saat itu juga, di Jawa berkuasa Dinasti Syailendra dengan Borobudur-nya dan Dinasti Sanjaya dengan Prambanan-nya.
Yang pasti saat itu pula, Raja Solomon sudah mangkat dan bangsa Israel sudah terpencar, terusir dari tanah airnya sendiri.(*/Ananta)