MediaBlogspot - Jatuhnya jaman orde baru berganti ke era reformasi telah memunculkan kran keterbukaan public yang semakin luas, dari lembaga ke Negara hingga ke masyarakat.
Gambar Istimewa |
Produk yang dihasilkan jaman reformasi saat ini diantaranya, banyaknya menjamur dari kota hingga ke pelosok Desa Lembaga-lembaga yang berdiri. Yang makin gencar saat ini adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Ormas maupun Wartawan Bokek, atau apapun itu namanya, yang mengatas namakan masyarakat untuk menutupi kepentingan melancarkan modus UUD ( Ujung-Ujung Duit).
Meski jauh akan kepentingan masyarakat, malah sering memeras kepentingan masyarakat dengan dalih control social untuk kepentingan bersama. Akhirnya masyarakat lagi yang dikorbankan oleh kepentingan segelintir oknum yang mengatas namakan Anggota LSM, Ormas maupun Wartawan.
Entah apa yang salah dan siapa yang harus disalahkan terkait munculnya fenomena saat ini, namun kita sebagai masyarakat dapat menghadapi Anggota LSM, Ormas, Wartawan Bokek atau apapun itu namanya, sehingga kita tak dapat ditipu dan dijadikan kran ATM iuran rea-reonya.
Kita dapat membedakan mana LSM, Ormas dan Wartawan yang asli dengan oknum-oknum yang mengatas namakan lembaga tersebut, diantaranya :
seorang wartawan maupun lembaga lainnya dalam kerja jurnalistik maupun control sosialnya tentu saja dilengkapi dengan identitas diri yang menunjukkan profesinya, karya tulis, baik dimedia online / cetak termasuk surat kabar atau media yang menjadi bagian dari keberadaan wartawan tersebut ditengah-tengah masyarakat.
Ada baiknya tanyakan indentitas wartawan tersebut, alamat redaksi surat kabarnya dan kantor perwakilannya. wartawan atau Lembaga yang lainnya yang diberikan tugas oleh pimpinan redaksinya meliput atau melakukan kegiatan reportase di institusi atau lembaga publik, biasanya lazim dan beretika untuk melakukan konfirmasi terlebih dahulu kepada pihak instansi/ lembaga tersebut atau kepada nara sumber yang relevan untuk dijadikan narasumber, baik sebagai key informan maupun informan. Tanpa konfirmasi, pihak instansi maupun lembaga yang hendak diminati keterangan oleh wartawan berhak menolak kehadiran wartawan tersebut.
Disamping atribut identitas tersebut, wartawan yang memiliki tugas meliput aktivitas atau kegiatan di institusi lain, khususnya institusi publik, biasanya akan dilengkapi oleh TOR (term of reference) sebagai pedoman bagi wartawan untuk fokus pada tugas-tugas jurnalistik yang di berikan pimpinan redaksi kepadanya. Tak kalah pentingnya adalah karya tulis, sebagai bukti kerja nyata dalam kejurnalisanya.
Bagaimana cara yang jitu, dan baik dalam menghadapi wartawan abal-abal seperti ini, berikut ada beberapa trik yang disampaikan para senior yang ditampilkan oleh mereka. Mudah-mudah menjadikan sebuah pelajaran bagi saya dan anda yang membutuhkan informasi.
Simak Artikel Selanjutnya BERIKUT INI